Ladder of inference Last updated: 2024-10-11 05:15:08
Pengambilan Keputusan 8047 views 26 downloads
Hindari mengambil kesimpulan terlalu cepat. Buat keputusan berdasarkan kenyataan.
Pendahuluan
Kita bertindak dan membuat keputusan berdasarkan kesimpulan yang kita buat. Tetapi kita cenderung langsung membuat kesimpulan dan melewatkan bagian penting dari proses penalaran.
Ladder of inference (Tangga inferensi), yang dikembangkan oleh mantan profesor Harvard Chris Argyris dan Peter Senge dari MIT Sloan School of Management, adalah alat yang membantu Anda mengisi celah dalam pemikiran Anda dan membuat keputusan berdasarkan kenyataan, juga membantu menguji pemikiran orang lain dan mencapai kesimpulan yang lebih baik secara bersama-sama. Ladder of inference merupakan sebuah model yang digunakan untuk memahami bagaimana manusia mengambil kesimpulan dan membuat keputusan dari data yang diterima.
Ladder of inference terdiri dari 7 level yang membentuk sebuah tangga. Level-level tersebut adalah:
- Level 1: Data atau Fakta: Data atau fakta yang dapat diamati secara langsung, dapat didokumentasikan, atau dibuktikan dengan bukti fisik.
- Level 2: Filter: Proses mental yang digunakan untuk memilih data mana yang akan diperhatikan dan mana yang akan diabaikan. Kita tidak mungkin menggunakan semua data dalam proses ini, karena kita memiliki keterbatasan dalam mengolah semua informasi. Selain itu, kita harus jeli dalam memilih data karena harus mewakili pengambilan keputusan yang akan dibuat.
- Level 3: Arti: Penafsiran atau makna yang diberikan pada data yang terpilih.
- Level 4: Asumsi: Keyakinan yang dimiliki seseorang tentang data atau makna yang diberikan pada data tersebut.
- Level 5: Kesimpulan: Keputusan yang diambil berdasarkan asumsi-asumsi tersebut.
- Level 6: Keyakinan: Keyakinan kita kemudian dikembangkan dari kesimpulan yang kita buat.
- Level 7: Tindakan: Tindakan yang diambil sebagai hasil dari kesimpulan tersebut.
Hasil: Dampak atau hasil dari tindakan yang diambil.
Proses ini biasanya terjadi secara tidak sadar dan sangat cepat di otak kita. Menerapkan tangga ini secara sadar membuat Anda untuk mundur selangkah dan melihat ke mana Anda akan melompat ke kesimpulan.
Cara Menggunakan
Setiap kali Anda membuat kesimpulan tentang sesuatu atau membuat keputusan berdasarkan kesimpulan Anda, ada baiknya untuk berhenti dan mempertanyakan alasan Anda.
Pertama, identifikasi di tangga mana Anda saat ini. Apakah Anda akan mengambil tindakan dan Anda tidak yakin apakah itu tindakan yang benar? Atau mungkin Anda mengetahui beberapa asumsi yang Anda buat?
Kemudian kerjakan cara Anda sebelum membangun alasan Anda lagi. Untuk bekerja menuruni tangga, gunakan pertanyaan panduan ini untuk setiap langkah:
- Data yang dipilih:
- Apa yang saya abaikan atau tidak perhatikan?
- Apakah ada sumber data lain yang tidak saya pertimbangkan?
- Interpretasi:
- Apakah saya melihat data ini secara objektif?
- Apa ada arti lain?
- Asumsi:
- Apakah asumsi saya valid?
- Mengapa saya berasumsi demikian?
- Kesimpulan:
- Mengapa saya menyimpulkan ini?
- Apa asumsi saya di sana?
- Keyakinan:
- Keyakinan apa yang saya pegang tentang ini?
- Apa kesimpulan mendasarnya?
- Tindakan:
- Mengapa saya yakin ini adalah tindakan yang benar?
- Apa sajakah pilihan alternatif?
Setelah semua pertanyaan diselesaikan, kita mungkin menemukan bahwa keputusan kita akan menjadi sering berubah dalam melihat sesuai hal namun itu bagus, karena kita telah menjalani proses berpikir yang lebih sistematis dalam proses pengambilan keputusan dengan menelaah setiap tahapan anak tangga. Saat Anda mencapai ujung tangga, ulangi prosesnya kembali, kali ini dengan lebih banyak informasi dan pengalaman dari proses sebelumnya.
Contoh Kasus
Mari kita lihat bagaimana penerapan tangga inferensi terlihat pada contoh praktis.
Misalkan saya team leader dari kelompok pengembang aplikasi. Salah satu anggota saya temui belum berkinerja baik belakangan ini. Dia telah melewati tenggat waktu dan beberapa proyek akhirnya ditunda karena kinerjanya yang kurang baik. Saya menyimpulkan dia tidak cocok untuk pekerjaan itu dan memutuskan untuk memecatnya.
Namun, saya berhenti dan bertanya pada diri sendiri: Apakah ini hal yang benar untuk dilakukan? Sekarang saya dapat menerapkan tangga inferensi untuk mengungkap pemikiran saya dan mungkin membuat keputusan yang lebih baik. Saya bertanya pada diri sendiri pertanyaan panduan berikut:
- Mengapa saya yakin bahwa memecat orang ini adalah tindakan yang tepat? Karena jelas bagi saya dia tidak cocok untuk pekerjaan itu.
- Kesimpulan apa yang mendasari keyakinan ini? Bahwa dia bukan pengembang yang baik.
- Apa asumsi saya di sini? Saya berasumsi bahwa hasil akhirnya mewakili kualitasnya (atau kekurangannya).
- Mengapa saya berasumsi demikian? Karena tenggat waktu yang terlewat berarti dia tidak efisien.
- Apa data yang saya lihat memiliki arti lain? Tenggat waktu terlewat mungkin juga berarti tenggat waktu tersebut tidak masuk akal atau dia meluangkan waktu ekstra untuk mengirimkan kode kualitas.
- Apakah ada sumber data lain yang tidak saya pertimbangkan? Saya belum menanyakannya secara langsung. Ketika saya melakukannya, saya mungkin menemukan alasan sebenarnya dia melewatkan tenggat waktu.
Ini adalah contoh yang disederhanakan tetapi menunjukkan jenis lompatan ke kesimpulan yang ingin saya hindari:
tenggat waktu yang terlewat -> tidak efisien -> bukan pengembang yang baik -> harus dipecat.
Dengan membongkar pemikiran saya, saya dapat melihat situasi secara lebih objektif dan saya mungkin menemukan alasan berbeda untuk apa yang terjadi: mungkin tenggat waktu terlalu ketat atau dia mengalami beberapa masalah pribadi. Tidak ada satupun alasan untuk memecatnya.
Tangga inferensi baru saja membantu saya menghindari keputusan yang buruk dan prematur.
Contoh lainnya penggunaan model ini:
Misalkan seorang manajer merasa frustrasi karena seorang karyawan sering datang terlambat ke kantor. Berikut adalah bagaimana manajer tersebut mungkin menggunakan Ladder of Inference dalam pemikirannya:
-
Data: Karyawan tersebut terlambat.
-
Filter: Saya merasa tidak suka ketika seseorang datang terlambat. Saya mengharapkan karyawan untuk selalu datang tepat waktu.
-
Makna: Karyawan tersebut tidak menghargai waktu saya dan tidak profesional.
-
Keyakinan: Saya yakin bahwa karyawan tersebut tidak menghargai waktu saya dan tidak profesional.
-
Tindakan: Saya memutuskan untuk memberikan teguran pada karyawan tersebut.
-
Hasil: Karyawan tersebut merasa tersinggung dan terus datang terlambat.
-
Refleksi: Saya menyadari bahwa saya telah membuat kesimpulan yang terlalu cepat tanpa mempertimbangkan kemungkinan lain. Mungkin karyawan tersebut memiliki masalah di rumah atau dalam perjalanan ke kantor.
Penggunaan Ladder of Inference lainnya secara umum pada sebuah tim di tempat kerja. Ketika sebuah tim gagal mencapai tujuan mereka, anggota tim tersebut dapat melalui proses tangga yang sama, seperti berikut:
- Level 1: Data atau Fakta: Tim tidak mencapai tujuan mereka.
- Level 2: Filter: Anggota tim mungkin lebih fokus pada kesalahan orang lain daripada diri mereka sendiri.
- Level 3: Arti: Anggota tim menganggap kegagalan tersebut sebagai kegagalan individu, bukan sebagai masalah tim secara keseluruhan.
- Level 4: Asumsi: Anggota tim mungkin berasumsi bahwa mereka telah melakukan yang terbaik dan kesalahan berasal dari orang lain.
- Level 5: Kesimpulan: Anggota tim dapat mengambil kesimpulan bahwa mereka tidak dapat bekerja sama dan tidak dapat mencapai tujuan mereka.
- Level 6: Tindakan: Anggota tim dapat memilih untuk meninggalkan tim atau menyalahkan orang lain tanpa memperbaiki masalah tim.
- Level 7: Hasil: Tim tidak dapat mencapai tujuan mereka, bahkan dengan pergantian anggota atau perubahan tugas.
Praktik
Pada bagian akhir terdapat lembar kerja praktis untuk membantu Anda mempraktikkan alat ini, dengan panduan cara sederhana dan sebuah contoh.
Cetak file PDFnya atau isi secara digital dan gunakan untuk membuat keputusan yang lebih baik:
Daftar Pustaka
Peter Senge. "The Fifth Discipline: The Art & Practice of The Learning Organization"
Trevor Maber. "Rethinking thinking"
"The Ladder of Inference" dalam Systems Thinker
Argyris, C., & Schön, D. A. (1996). Organizational learning II: Theory, method, and practice. Addison-Wesley.
Senge, P. M. (2006). The fifth discipline: The art and practice of the learning organization. Doubleday/Currency.
Ladder of inference Template
Unduh Dokumen (PDF) Ms. Visio & Notion Format (Subscribe now)